
MANADO.NEWS – Mike Tyson, legenda tinju dunia, kembali ke ring setelah 19 tahun untuk menghadapi Jake Paul dalam pertarungan kontroversial yang digelar di AT&T Stadium, Arlington, Texas. Pertandingan ini, yang disiarkan ke 65 juta penonton melalui Netflix, menyita perhatian publik karena selisih usia 31 tahun antara keduanya.
Sayangnya, Tyson yang kini berusia 58 tahun harus menerima kekalahan dari Paul. Namun, lebih dari sekadar hasil pertandingan, kisah di balik perjuangan Tyson menuju ring tinju membawa pesan yang mendalam tentang semangat hidup, kesehatan, dan penerimaan diri.
Perjuangan Kesehatan Sebelum Kembali ke Ring
Sebelum pertarungan melawan Jake Paul, Tyson menghadapi tantangan besar yang hampir merenggut nyawanya. Pada Juni lalu, ia mengalami ulkus parah yang mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah darah di tubuhnya. Dalam wawancaranya dengan New York Magazine, Tyson mengenang pengalaman mengerikan tersebut.
“Saya muntah darah di kamar mandi. Saya bertanya pada dokter, ‘Apakah saya akan mati?’ Jawabannya adalah, ‘Kami punya opsi.’ Itu membuat saya terpukul. Saya harus menjalani delapan transfusi darah dan kehilangan 25 pon dalam 11 hari,” katanya dikutip dari Daily Mail pada Sabtu, 28 Desember 2024.
Selain penurunan berat badan yang drastis, Tyson hanya bisa mengonsumsi cairan selama masa pemulihannya. Kondisinya sempat membuatnya bertanya-tanya apakah ia masih bisa bertahan hidup, apalagi kembali ke ring tinju.
Latihan Panjang dan Persiapan Emosional
Pertarungan yang semula dijadwalkan pada Juli 2024 harus ditunda hingga November karena kondisi kesehatannya. Setelah melalui pemulihan yang panjang, Tyson kembali menjalani latihan intensif selama sembilan bulan untuk mempersiapkan diri menghadapi Jake Paul.
Namun, Tyson mengakui bahwa pengalaman ini sangat menguras energi fisik dan emosionalnya. Dalam wawancara dengan FOX Sports Radio, ia mengatakan:
“Pertarungan itu membawa kami ke puncak euforia. Kami begitu bersemangat. Namun setelah itu selesai, saya merasa sedikit depresi. Kami harus kembali ke kehidupan sehari-hari setelah fokus penuh pada latihan selama sembilan bulan,” katanya.
Pertandingan yang Penuh Kontroversi
Pertandingan antara Tyson dan Paul memecah belah komunitas tinju. Banyak yang memuji keberanian Tyson untuk kembali bertarung di usia senja, sementara yang lain mengkritik perbedaan usia yang signifikan antara kedua petinju.
Meskipun kalah, Tyson tetap merasa bangga dengan penampilannya. Ia menyebut pengalaman ini sebagai kemenangan dalam cara yang berbeda.
“Ini adalah salah satu momen ketika Anda kalah tetapi tetap merasa menang. Saya hampir mati pada Juni, tapi saya kembali ke ring dan menyelesaikan delapan ronde melawan petinju berbakat yang separuh usia saya,” ujar Tyson.
Makna Pertarungan Bagi Tyson
Bagi Tyson, pertarungan ini bukan hanya tentang menang atau kalah. Itu adalah bukti bahwa ia masih memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya. Ia juga merasa bangga bisa menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa ia masih bisa berdiri teguh di ring meski menghadapi tantangan besar.
“Untuk memiliki anak-anak saya melihat saya bertarung delapan ronde melawan petinju setengah usia saya di depan ribuan orang adalah pengalaman yang tidak bisa diminta oleh siapa pun. Saya sangat bersyukur,” bebernya.
Pesan dari Seorang Legenda
Mike Tyson adalah simbol kekuatan, keberanian, dan ketahanan. Meski menghadapi tantangan berat, ia tidak pernah menyerah. Dalam perjalanannya kembali ke ring, ia membuktikan bahwa usia dan kondisi kesehatan bukanlah penghalang untuk mengejar tujuan dan menemukan makna dalam hidup.
“Saya mungkin kehilangan banyak hal, tetapi saya tidak pernah menyerah. Saya akan terus berjalan. Kadang saya keras kepala, tapi itulah saya. Jika saya belum mengalahkan musuh-musuh saya, saya telah menjadikan mereka teman,” pungkasnya.
Kisah ini adalah pengingat bahwa setiap tantangan dalam hidup adalah peluang untuk tumbuh, belajar, dan menginspirasi orang lain. Mike Tyson telah kembali membuktikan bahwa meski kalah, ia tetap menjadi juara dalam hidupnya. ***