Tsunami Jakarta? Megathrust Selat Sunda Bisa Picu Bencana Besar

MANADO.NEWS – Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN memperingatkan potensi gempa megathrust di Selat Sunda yang dapat memicu tsunami besar hingga mencapai Jakarta dalam waktu 2,5 jam.
Peneliti BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menegaskan bahwa masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana yang bisa terjadi kapan saja.
Potensi Megathrust di Selatan Jawa
Rahma menjelaskan bahwa segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, gempa di wilayah ini berpotensi mencapai kekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1.
“Jika energi ini dilepaskan sekaligus, gempa besar dapat memicu tsunami tinggi yang meluas hingga ke Jakarta,” jelas Rahma dikutip dari laman resmi BRIN pada Sabtu, 4 Januari 2025.
Simulasi menunjukkan ketinggian tsunami diperkirakan mencapai:
- 20 meter di pesisir selatan Jawa,
- 3–15 meter di Selat Sunda,
- 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.
Pentingnya Mitigasi Bencana
BRIN menekankan pentingnya mitigasi risiko melalui pendekatan struktural dan non-struktural untuk mengurangi dampak bencana.
- Pendekatan Struktural
- Tanggul penahan tsunami dan pemecah ombak untuk melindungi kawasan pesisir.
- Penataan ruang pesisir dengan jarak aman minimal 250 meter dari bibir pantai.
- Pembangunan vegetasi alami seperti mangrove dan pandan laut untuk meredam energi gelombang.
- Pendekatan Non-Struktural
- Edukasi masyarakat tentang potensi tsunami dan langkah mitigasi.
- Simulasi evakuasi rutin dan penyediaan jalur serta lokasi evakuasi yang memadai.
- Penguatan sistem peringatan dini bencana.
“Kesiapsiagaan masyarakat menjadi elemen penting untuk mengurangi korban jiwa dan kerugian material akibat tsunami,” tambah Rahma.
Kerentanan Jakarta dan Wilayah Sekitarnya
Rahma juga menyoroti kerentanan Jakarta akibat kepadatan penduduk dan struktur tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan gempa. Ia merekomendasikan retrofitting atau penguatan struktur bangunan di kawasan padat penduduk untuk meminimalkan kerusakan.
“Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan tinggi di Jakarta, yang berisiko runtuh saat goncangan kuat terjadi,” ujarnya.
Dampak di Kawasan Industri
Untuk kawasan industri seperti Cilegon, gempa besar berpotensi memicu bahaya sekunder seperti kebakaran akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia. BRIN menyarankan penerapan standar keamanan industri yang ketat untuk mencegah risiko tambahan.
Pelajaran dari Sejarah
Penelitian BRIN juga mengungkap bahwa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400–600 tahun. Gempa besar terakhir diperkirakan terjadi pada 1699, sehingga energi tektonik yang terkunci saat ini telah mencapai titik kritis.
“Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana sebagai upaya menyelamatkan nyawa,” tegas Rahma.
Kolaborasi dan Inovasi untuk Mitigasi
BRIN bekerja sama dengan BMKG, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta institusi terkait lainnya untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami di Selat Sunda dan pesisir selatan Jawa.
Melalui penelitian dan teknologi, BRIN berharap mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih efektif. “Kita tidak bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi, tetapi kita bisa mempersiapkan diri,” ujar Rahma. ***