Bisnis

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Tembus Rp17.000 per Dolar AS

MANADO.NEWS – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Selasa 8 April 2025.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada level Rp16.910 per dolar AS dan sempat menyentuh angka psikologis Rp17.000, sebelum akhirnya ditutup di posisi Rp16.891.

Dengan demikian, pelemahan ini memperpanjang tren depresiasi rupiah dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar karena terjadi di tengah penguatan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian global.

Dipengaruhi Faktor Eksternal

Adapun penyebab utama pelemahan rupiah kali ini adalah meningkatnya tensi dagang global. Presiden AS Donald Trump, melalui kebijakan terbarunya, kembali memberlakukan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk Tiongkok dan Jerman.

Sebagai akibatnya, pasar global merespons negatif. Investor cenderung mengalihkan dana ke aset yang dinilai lebih aman, seperti dolar AS dan emas.

“Dolar menguat secara global karena pelaku pasar mencari aset yang lebih stabil di tengah gejolak kebijakan dagang Amerika Serikat. Ini memberikan tekanan lanjutan terhadap mata uang emerging market, termasuk rupiah,” ujar Ekonom Bank Mandiri, Fajar Gunawan, kepada manado.news, Selasa.

Mata Uang Asia Ikut Tertekan

Selain itu, pelemahan juga dirasakan oleh mata uang Asia lainnya. Yuan Tiongkok dan won Korea Selatan masing-masing turun 0,3 persen dan 0,5 persen terhadap dolar AS. Sementara itu, baht Thailand dan ringgit Malaysia juga melemah meski dalam kisaran moderat.

Tak hanya Asia, pound sterling Inggris pun menyentuh level terendah dalam delapan bulan terakhir terhadap euro. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap nilai tukar tidak bersifat lokal, melainkan merupakan dampak lanjutan dari situasi global.

Langkah Bank Indonesia

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memastikan telah melakukan langkah stabilisasi di pasar valuta asing untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tidak bergejolak berlebihan.

BACA JUGA:  CSR Bank Indonesia Bermasalah? KPK Temukan Bukti di Lokasi

“Kami melakukan intervensi ganda melalui pasar spot dan DNDF untuk memastikan volatilitas tetap terkendali,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam keterangan tertulis.

Lebih lanjut, BI juga menegaskan komitmennya untuk menjaga koordinasi dengan pemerintah, guna merespons dampak eksternal yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi nasional.

Dampak ke Sektor Riil

Pelemahan rupiah tentu membawa dampak ke sektor riil, terutama bagi pelaku usaha yang mengandalkan bahan baku impor. Jika terus berlanjut, kondisi ini berpotensi mendorong inflasi dan meningkatkan biaya produksi di berbagai sektor.

Ke depan, analis memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah melemah selama ketidakpastian global masih tinggi dan indeks dolar AS terus menguat, tekanan terhadap rupiah kemungkinan besar masih akan berlanjut. ***

Back to top button