MANADO.NEWS – Sebanyak 12 Tang Shin dari sembilan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) di Manado turut serta dalam Perayaan Cap Go Meh 2025 prosesi yang digelar pada Rabu, 15 bulan pertama tahun baru Imlek 2576 Kongzili.
Prosesi ini tidak hanya menjadi momen spiritual bagi umat Tionghoa, tetapi juga daya tarik wisata budaya yang selalu dinanti oleh masyarakat luas. Ribuan orang memadati kawasan Kampung Cina Manado, khususnya di sepanjang Jalan Panjaitan, untuk menyaksikan arak-arakan penuh makna ini.
Ribuan Peserta dan Atraksi Budaya Meriahkan Cap Go Meh
Menurut Ketua Persatuan Tempat Ibadah Tri Dharma Manado, Ridwan Sanyoto, prosesi tahun ini dimeriahkan oleh berbagai elemen budaya, di antaranya:
- 12 Tang Shin, yang melakukan ritual sakral dan atraksi spiritual.
- 7 pikulan dan 14 kio, simbol kehadiran leluhur dan dewa pelindung.
- Tarian Kabasaran, tarian perang khas Minahasa.
- Musik bambu klarinet, alat musik tradisional khas Sulawesi Utara.
- Lebih dari 1.000 peserta, termasuk komunitas adat dan kelompok seni budaya.
“Tahun ini, kami mengundang berbagai komunitas budaya untuk berpartisipasi, termasuk penari Kabasaran dan musik bambu klarinet dari Minahasa Tenggara serta Minahasa Utara,” ujar Sanyoto dikutip dari ANTARA.
Keberagaman ini semakin memperkuat nilai akulturasi budaya yang terjadi di Manado, kota yang dikenal dengan toleransi dan keberagaman etnisnya.
Makna Ritual Tang Shin dalam Cap Go Meh
Dalam tradisi Cap Go Meh, Tang Shin adalah sosok spiritual yang dipercaya sebagai medium dewa atau leluhur. Mereka menjalani ritual keras untuk menunjukkan kekuatan spiritual, di antaranya:
- Menusukkan benda tajam ke tubuh tanpa merasakan sakit.
- Berjalan di atas bara api sebagai simbol ketahanan spiritual.
- Memberikan berkat kepada masyarakat, dipercaya membawa perlindungan dan keberuntungan.
Sebelum prosesi dimulai, Tang Shin terlebih dahulu melakukan ritual sembahyang di klenteng sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan memohon perlindungan selama prosesi berlangsung.
Tari Kabasaran dan Musik Bambu Klarinet Ikut Meriahkan Prosesi
Tari Kabasaran merupakan tarian perang khas Minahasa yang ditampilkan dalam prosesi ini oleh kelompok Kabasaran Masenaan Wanua Kema Satu dari Minahasa Utara.
Menurut Christian Pratasik, salah satu pengurus kelompok, sebelum bergabung dalam prosesi, mereka terlebih dahulu melakukan doa sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan permohonan keselamatan selama perayaan berlangsung.
“Kami merasa terhormat bisa ikut serta dalam Cap Go Meh Manado. Ini adalah tradisi besar yang penuh nilai spiritual,” ujar Christian.
Selain itu, kelompok musik bambu klarinet Harapan Nusantara Jaya dari Minahasa Tenggara juga turut tampil dalam prosesi ini. Jemmy Sanggelorang, pimpinan kelompok, menyatakan rasa bangganya bisa menjadi bagian dari perayaan yang sangat dinanti masyarakat.
“Kami sudah tiga kali ikut dalam prosesi Cap Go Meh, dua kali di Bitung, dan tahun ini kami diundang ke Manado. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa,” ujar Jemmy.
Prosesi yang Dinantikan Ribuan Warga Manado
Masyarakat Manado setiap tahun selalu menantikan prosesi Cap Go Meh dengan antusiasme tinggi. Sejak pagi hari, ribuan orang sudah memenuhi kawasan Klenteng Ban Hing Kiong, tempat dimulainya prosesi.
Bagi warga, seperti Hendry dari Tuminting, perayaan ini bukan hanya tontonan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang harus dijaga.
“Sejak kecil saya selalu diajak orang tua menonton Cap Go Meh, dan sekarang saya datang sendiri. Setiap tahun saya tidak pernah bosan karena prosesi ini selalu membawa suasana yang berbeda,” katanya.
Bagi umat Tionghoa, Cap Go Meh menandai penutupan rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Namun, bagi masyarakat luas, perayaan ini adalah bukti kekayaan budaya yang terus lestari di Manado.
Akulturasi Budaya yang Harmonis dalam Cap Go Meh Manado
Manado dikenal sebagai kota dengan keberagaman budaya dan agama yang harmonis. Perayaan Cap Go Meh tidak hanya menjadi momen sakral bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga dirayakan bersama oleh berbagai etnis di kota ini.
Mengapa Cap Go Meh begitu dinantikan di Manado?
- Memperkuat keberagaman budaya di kota dengan tingkat toleransi tinggi.
- Menjadi ajang wisata budaya, menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
- Menghadirkan berbagai atraksi unik, seperti ritual Tang Shin dan kesenian daerah.
- Membangun solidaritas masyarakat, melibatkan berbagai komunitas budaya.
Dengan keunikan dan keberagamannya, Cap Go Meh Manado telah menjadi salah satu daya tarik wisata terbesar di Sulawesi Utara.
Cap Go Meh 2025, Tradisi yang Terus Hidup
Perayaan Cap Go Meh Manado 2025 kembali membuktikan bahwa tradisi ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat. 12 Tang Shin, tarian Kabasaran, musik bambu klarinet, serta partisipasi ribuan peserta menjadikan perayaan ini semakin megah dan berkesan.
Bukan hanya sekadar ritual keagamaan, Cap Go Meh juga menjadi ajang pelestarian budaya dan simbol keberagaman yang terus dijaga oleh masyarakat Manado. ***