Meta Elon Musk Tantang OpenAI, Drama Besar Silicon Valley

by
Meta Elon Musk tantang OpenAI
Ilustrasi Meta dan Elon Musk tantang OpenAI. (Foto: Tech Spot)

MANADO.NEWS – Konflik hukum dan etika tengah berkecamuk di dunia teknologi antara Meta Platforms, Elon Musk, yang bakal menyiapkan langkah tantang OpenAI.

Inti dari pertarungan ini adalah rencana OpenAI untuk beralih dari status nirlaba ke for-profit. Perubahan ini dipandang berpotensi menciptakan preseden berbahaya bagi industri teknologi dan pengembangan AI secara keseluruhan.

Meta, salah satu pemain terbesar di industri AI, telah resmi mendukung Elon Musk dalam mendesak Jaksa Agung California, Rob Bonta, agar memblokir rencana OpenAI tersebut.

BACA JUGA: Oppo Reno 13 Vivo S20, Mana yang Lebih Unggul?

Langkah ini, seperti disadur dari Tech Spot, menempatkan dua raksasa teknologi dalam satu kubu melawan OpenAI, sekaligus memperlihatkan perpecahan besar di kalangan elite Silicon Valley.

Meta: Perubahan Status OpenAI Akan Jadi Preseden Berbahaya

Dalam surat resmi yang dikirim pekan lalu, Meta Platforms menegaskan bahwa perubahan status OpenAI menjadi entitas for-profit akan menimbulkan dampak besar. Menurut Meta, langkah ini membuka celah bagi perusahaan rintisan (startup) untuk memanfaatkan status nirlaba demi keuntungan, hanya untuk beralih ke for-profit ketika sudah berada di ambang profitabilitas.

“Tindakan OpenAI bisa membawa dampak seismik bagi Silicon Valley,” tulis Meta dalam surat tersebut.

Meta menyoroti skenario di mana investor nirlaba dapat menikmati keuntungan finansial layaknya investor for-profit, sembari tetap menikmati potongan pajak dari status nirlaba yang diberikan oleh pemerintah. Situasi ini, menurut Meta, akan menciptakan ketidakadilan dalam dunia investasi teknologi.

Jawaban OpenAI: Tetap Ada Entitas Nirlaba

Merespons kritik tersebut, Bret Taylor, selaku Ketua OpenAI, menjelaskan bahwa perusahaan akan mempertahankan entitas nirlaba dalam struktur barunya. Entitas nirlaba ini diklaim tetap memiliki kepemilikan penuh atas divisi for-profit dan akan terus berfokus pada misi awal OpenAI, yakni memastikan AI bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

BACA JUGA:  DeepSeek AI Jadi Senjata Baru Perang Teknologi?

Taylor menegaskan bahwa perubahan ini tidak akan menghilangkan komitmen OpenAI terhadap tujuan nirlaba. Bahkan, dengan restrukturisasi tersebut, entitas nirlaba diklaim akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mencapai misinya.

Elon Musk dan Tuduhan Terhadap OpenAI

Konflik antara Elon Musk dan OpenAI bukanlah hal baru. Musk, yang turut mendirikan OpenAI pada 2015, memutuskan keluar pada 2018 setelah perselisihan internal terkait arah perusahaan. Kini, Musk menuduh OpenAI telah mengkhianati misi awalnya sebagai organisasi nirlaba.

Lebih lanjut, Musk menuding OpenAI berkolusi dengan Microsoft, salah satu investor terbesarnya, untuk memonopoli pengembangan teknologi AI. Tuduhan ini diperkuat dengan serangkaian keluhan hukum yang diajukan Musk terhadap OpenAI.

Meta dan Kepentingannya di Tengah Konflik

Langkah Meta untuk ikut campur dalam pertarungan ini bukan tanpa alasan. Sebagai salah satu kompetitor utama OpenAI, Meta telah menginvestasikan miliaran dolar dalam riset dan pengembangan AI, khususnya untuk menyaingi popularitas ChatGPT.

Selain itu, hubungan dekat OpenAI dengan Microsoft dan Apple—dua pesaing kuat Meta—menambah kompleksitas dalam konflik ini. Dengan bergabungnya Meta di pihak Musk, pertarungan ini semakin menyoroti persaingan sengit antar perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Dalam surat resminya, Meta menyatakan dukungan untuk Musk dan Shivon Zilis, rekan bisnis Musk, dalam upaya mereka mewakili kepentingan publik terkait transisi OpenAI menjadi perusahaan for-profit.

“Meskipun kami meminta tindakan langsung dari kantor Anda, kami percaya bahwa Bapak Musk dan Ibu Zilis sangat kompeten dan memiliki posisi yang tepat untuk mewakili kepentingan masyarakat California,” tulis Meta.

Dokumen Internal: OpenAI Balas Tuduhan Musk

Konflik semakin memanas ketika OpenAI merilis dokumen internal untuk membantah tuduhan Musk. Dalam dokumen tersebut, OpenAI mengklaim bahwa Musk pada awalnya mendukung ide pembentukan struktur for-profit untuk OpenAI.

BACA JUGA:  Changan Nevo C798 Siap Menggebrak Pasar Awal 2025

Lebih lanjut, OpenAI menyatakan bahwa Musk hanya memutuskan keluar setelah gagal memperoleh kepemilikan mayoritas dan kendali penuh atas perusahaan.

“Ketika Musk tidak mendapatkan saham mayoritas dan kontrol penuh, ia memutuskan pergi dan memprediksi kami akan gagal,” tulis OpenAI dalam pernyataan resminya.

Dampak Besar Bagi Masa Depan AI

Konflik ini bukan sekadar perselisihan hukum, melainkan juga memiliki dampak luas bagi perkembangan kecerdasan buatan (AI). Pertarungan ini mencerminkan dilema antara misi nirlaba yang berfokus pada manfaat publik dan ambisi for-profit yang mengejar keuntungan komersial.

Jika OpenAI berhasil beralih ke status for-profit, industri teknologi dapat melihat perubahan besar dalam bagaimana perusahaan AI mengelola pendanaan, misi, dan kolaborasi. Di sisi lain, dukungan dari pihak-pihak seperti Meta dan Musk menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara keuntungan bisnis dan kepentingan publik.

Meta, salah satu pemain terbesar di industri AI, telah resmi mendukung Elon Musk dalam mendesak Jaksa Agung California, Rob Bonta, tantang memblokir rencana OpenAI tersebut.

Langkah ini menempatkan dua raksasa teknologi dalam satu kubu melawan OpenAI, sekaligus memperlihatkan perpecahan besar di kalangan elite Silicon Valley.