Jembatan Sejarah Maluku dan Celebes, Kuak Misteri Wintu-Wintu

MANADO.NEWS – Buku jembatan sejarah Maluku-Celebes yang menjadi sorotan kali ini menawarkan perspektif unik. Meski judulnya menampilkan “Celebes Utara,” pembahasan utamanya terfokus pada sejarah Bolaang Mongondow (Bolmong).
Buku ini mengeksplorasi bagaimana sejarah Bolmong saling terhubung dengan komunitas, etnik, dan kerajaan lain di Nusantara bagian timur sejak abad ke-13.
Yang membedakan buku ini adalah pendekatan inter-relasi yang digunakan. Ini menjadi terobosan dari karya-karya sebelumnya yang cenderung membahas Bolmong secara terisolasi.
Sebelumnya, buku seperti “Over de Vorsten van Bolaang Mongondow” karya W. Dunnerbier (1949) mengulas Bolmong tanpa mengaitkannya dengan kelompok lain.
BACA JUGA: Fakta Menarik Manado, Dibalik Julukan Kota Sejuta Gereja
Perspektif Plural dalam Kajian Sejarah Bolmong
Buku ini menunjukkan bahwa sejarah satu kelompok masyarakat bisa diungkap melalui keterkaitannya dengan kelompok lain. Dengan demikian, sejarah Bolaang Mongondow menjadi lebih kaya karena disandingkan dengan narasi sejarah Maluku Utara.
Buku ini memuat pembahasan tentang kerajaan seperti Bacan, Ternate, Tidore, hingga komunitas di Sulawesi Utara seperti Manado, Gorontalo, dan Sangihe.
Penulis juga menyertakan analisis mendalam tentang hubungan genealogis raja-raja di kawasan tersebut, dengan tokoh sentral bernama Mokoduludut.
Buku ini, dengan lebih dari 600 halaman, berhasil menyusun rangkaian sejarah yang melibatkan banyak kelompok dan peristiwa selama lima abad (abad ke-13 hingga ke-17).
Membahas Migrasi Kelompok Bolango
Salah satu fokus buku ini adalah kelompok Bolango, yang membentuk Kerajaan Bolango di Tapa-Gorontalo dan Bolaang Uki di Molibagu. Kelompok ini diyakini berasal dari Batang Dua, dua pulau kecil di perairan Maluku. Migrasi mereka membawa mereka ke Lembeh, Sulawesi Utara, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai wilayah seperti Gorontalo dan Bolaang Mongondow.
Tokoh migrasi ini adalah Wintu-Wintu, yang dalam sejarah Bolango disebut sebagai pemimpin mereka. Penulis buku mencoba menghubungkan Wintu-Wintu dengan Raja Komalo Besi dari Bacan.
Dalam kajian ini, Komalo Besi diyakini sebagai penguasa awal yang bermigrasi ke Batang Dua setelah menghadapi ancaman dari Ternate pada tahun 1334.
Raja Komalo Besi sebagai Wintu-Wintu: Sebuah Tawaran Kajian Sejarah
Buku ini menawarkan hipotesis menarik bahwa Raja Komalo Besi dari Bacan adalah tokoh yang sama dengan Wintu-Wintu dalam sejarah Bolango. Komalo Besi, setelah menjadi Raja Loloda pada tahun 1335, melanjutkan perjalanan ke daratan Celebes dan akhirnya menguasai Batang Dua.
Namun, kesimpulan ini masih membutuhkan bukti lebih lanjut. Sebab, dalam catatan sejarah, banyak kelompok di Sulawesi Utara yang mengklaim berasal dari Batang Dua. Misalnya, kelompok Tonsawang di Minahasa dan Raja Linugu dari Atinggola juga memiliki narasi serupa.
Kritik terhadap Hipotesis Komalo Besi sebagai Wintu-Wintu
Meskipun hipotesis ini menarik, beberapa kritik perlu diajukan. Dalam catatan sejarah oleh J.G.F. Riedel, Wintu-Wintu hanya disebut sebagai kepala suku (Opperhoofd), bukan raja. Jika dia benar adalah Komalo Besi, maka seharusnya statusnya sebagai raja disebutkan dengan jelas.
Selain itu, narasi sejarah tentang kelompok Bolango ketika mereka terkait dengan Tonsea di Minahasa Utara atau saat eksis sebagai kerajaan di Tapa juga perlu diperhatikan. Banyak dokumen sejarah yang ditulis oleh Riedel dan Graafland memberikan perspektif berbeda tentang Jembatan Maluku Celebes. ***
Sumber: Medsos/Pitres C. Sombowadile