MANADO.NEWS – Teknologi kecerdasan buatan kembali menjadi medan perang antara Amerika Serikat dan China. Kali ini, DeepSeek, aplikasi AI asal China yang menawarkan solusi berbiaya rendah, menjadi sorotan setelah Kongres AS mengeluarkan peringatan keras kepada pegawainya agar tidak menginstal aplikasi ini.
DeepSeek diklaim sebagai tantangan serius bagi OpenAI dan Google, dengan kemampuannya yang mampu bersaing dalam pasar kecerdasan buatan global. Namun, di balik kemajuan pesatnya, ada kekhawatiran besar tentang keamanan data dan potensi penyalahgunaan teknologi.
Kongres AS Resmi Melarang DeepSeek
Menurut laporan Axios, Kongres AS telah menerbitkan pemberitahuan resmi yang menegaskan bahwa DeepSeek belum mendapat izin untuk digunakan di lingkungan kerja pemerintah.
“Saat ini, DeepSeek sedang dalam tahap tinjauan oleh CAO dan belum diotorisasi untuk penggunaan resmi dalam DPR.” demikian dikutip dari Hindustan Times pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Keputusan ini diambil seiring dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa aplikasi AI China dapat digunakan untuk memata-matai atau mencuri data sensitif, terutama di sektor pemerintahan dan industri strategis.
DeepSeek: Inovasi AI China yang Mengguncang Pasar
DeepSeek meraih popularitas luar biasa setelah meluncurkan asisten AI gratis yang diklaim lebih hemat dalam penggunaan data dibandingkan dengan model AI milik AS. Dalam hitungan hari, aplikasi ini menjadi aplikasi paling banyak diunduh di Apple’s App Store, mengalahkan popularitas banyak aplikasi AI lain.
Namun, keberhasilan DeepSeek juga membawa dampak besar bagi industri teknologi AS. Pasar saham merespons negatif, dengan beberapa perusahaan teknologi besar kehilangan nilai hingga $1 triliun akibat ketakutan terhadap persaingan baru ini.
DeepSeek Diduga Menggunakan Chip Terlarang Nvidia
Seiring dengan peningkatan pembatasan AS terhadap ekspor chip AI ke China, muncul spekulasi bahwa DeepSeek mungkin telah mendapatkan akses ke chip AI yang seharusnya dilarang. Pemerintah AS telah lama berusaha mencegah China mengembangkan teknologi AI canggih dengan membatasi akses mereka terhadap perangkat keras kritis, seperti chip Nvidia yang digunakan untuk melatih model kecerdasan buatan mutakhir.
Jika terbukti benar bahwa DeepSeek menggunakan teknologi yang telah dibatasi ekspornya, maka ini bisa memperburuk ketegangan antara Washington dan Beijing, serta menimbulkan sanksi lebih lanjut terhadap industri teknologi China.
China Merayakan DeepSeek, AS Semakin Waspada
Di China, keberhasilan DeepSeek dipandang sebagai kemenangan besar terhadap pembatasan teknologi AS. Para analis di Negeri Tirai Bambu menyebut pencapaian ini sebagai bukti bahwa China mampu membangun AI canggih tanpa bantuan teknologi Barat.
Namun, di sisi lain, keberhasilan ini justru menjadi alarm bahaya bagi AS. Beberapa pakar teknologi dan pejabat keamanan siber menuding bahwa DeepSeek mungkin telah mengakses teknologi OpenAI dan Google secara ilegal untuk meningkatkan performa model AI mereka.
Menurut sumber yang dikutip oleh Reuters, Departemen Perdagangan AS tengah menyelidiki kemungkinan bahwa DeepSeek menggunakan chip yang seharusnya dilarang ekspor ke China. Investigasi ini berpotensi mengarah pada sanksi lebih lanjut terhadap perusahaan teknologi China.
Apakah DeepSeek Akan Dilarang Secara Global?
Larangan penggunaan DeepSeek di lingkungan pemerintahan AS bisa menjadi langkah awal menuju pelarangan yang lebih luas. Negara-negara sekutu AS, seperti Eropa, Jepang, dan Australia, mungkin akan mengikuti langkah serupa jika ditemukan bukti bahwa DeepSeek menimbulkan risiko keamanan.
Di sisi lain, China semakin agresif dalam mengembangkan AI-nya sendiri dan mendorong negara-negara berkembang untuk mengadopsi solusi teknologi mereka. Hal ini bisa menciptakan dua kubu besar dalam dunia AI: blok Barat yang dipimpin oleh AS, dan blok China yang semakin mandiri dalam pengembangan teknologinya. ***