
MANADO.NEWS – YouTube kembali mencatat lonjakan pendapatan luar biasa dari iklan, menghasilkan $10,4 miliar hanya dalam kuartal keempat tahun 2024.
Angka ini menandai peningkatan sebesar 13,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadikannya salah satu kuartal paling menguntungkan dalam sejarah platform berbagi video terbesar di dunia.
Namun, di balik keberhasilan finansial ini, pengguna semakin kecewa dengan strategi monetisasi YouTube. Iklan yang semakin agresif—termasuk iklan tidak bisa dilewati (unskippable ads) dan frekuensi yang semakin meningkat—membuat banyak orang merasa frustrasi dengan pengalaman menonton mereka.
Lalu, bagaimana YouTube bisa tetap meraup keuntungan besar meskipun banyak pengguna mengeluh? Simak pembahasannya di bawah ini mengutip Tech Spot pada Minggu, 9 Februari 2025.
Pendapatan Iklan YouTube Meroket di Tengah Keluhan Pengguna
Meskipun banyak kritik dari pengguna terkait jumlah iklan yang semakin banyak dan durasi yang lebih panjang, kenyataannya strategi monetisasi YouTube tetap sukses menghasilkan miliaran dolar.
Beberapa faktor utama yang mendorong peningkatan pendapatan ini antara lain:
- Dominasi Konten Unik
- YouTube memiliki koleksi konten yang luas dan eksklusif, membuatnya sulit untuk ditinggalkan oleh pengguna.
- Tidak ada platform lain yang dapat menawarkan ragam konten yang sama besar dan beragamnya, sehingga pengguna tetap “terpaksa” menonton meskipun dibanjiri iklan.
- Lonjakan Iklan Politik di Pemilu AS 2024
- CEO Alphabet, Sundar Pichai, mengungkapkan bahwa pemilu presiden AS 2024 menjadi faktor utama lonjakan pendapatan iklan YouTube.
- Pengeluaran iklan dari Partai Demokrat dan Republik hampir dua kali lipat dibandingkan pemilu 2020.
- Pada hari pemilu saja, lebih dari 45 juta orang menonton konten terkait pemilu di YouTube.
- Kurangnya Alternatif Pengganti
- Platform lain seperti TikTok dan Instagram Reels menawarkan format video pendek, tetapi belum bisa menggantikan pengalaman menonton video panjang di YouTube.
- Karena itu, meskipun pengguna mengeluh, mereka tetap bertahan di YouTube dan menerima strategi iklan agresif yang diterapkan.
YouTube Premium: Solusi atau Sekadar Pemerasan Terselubung?
Untuk menghindari gangguan iklan, YouTube menawarkan layanan YouTube Premium dengan biaya $14 per bulan atau $140 per tahun.
Namun, banyak pengguna menilai harga tersebut terlalu mahal hanya untuk menyingkirkan iklan. Ini memicu anggapan bahwa YouTube sendiri yang menciptakan masalah (iklan berlebihan) dan kemudian menawarkan solusi berbayar sebagai jalan keluar.
Meskipun banyak yang enggan berlangganan, pendapatan dari YouTube Premium tetap mengalami kenaikan signifikan:
- Pendapatan langganan YouTube (termasuk YouTube TV, YouTube Music Premium, dan Google One) meningkat dari $10,8 miliar di Q4 2023 menjadi $11,6 miliar di Q4 2024.
- CFO Alphabet, Anat Ashkenazi, menyebut pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan jumlah pelanggan berbayar.
Dengan meningkatnya pendapatan dari YouTube Premium, apakah ini berarti lebih banyak pengguna yang menyerah dan memilih membayar demi pengalaman menonton yang lebih baik?
YouTube Bertaruh Besar pada AI untuk Meningkatkan Efektivitas Iklan
Untuk terus meningkatkan pendapatan, YouTube kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) guna mengoptimalkan strategi periklanan.
Menurut Philipp Schindler, Chief Business Officer Alphabet, AI telah terbukti mampu meningkatkan efektivitas kampanye iklan di YouTube.
Studi kasus Petco:
- Dengan menggunakan kampanye berbasis AI di YouTube, Petco mencatat peningkatan return on ad spend (ROAS) sebesar 275% dan click-through rate (CTR) naik 74% dibandingkan standar media sosial lainnya.
Hasil riset Nielsen:
- Kampanye iklan berbasis Google AI di YouTube terbukti menghasilkan ROAS 17 persen lebih tinggi dibandingkan iklan yang diatur secara manual.
Namun, penggunaan AI ini bisa berarti lebih banyak iklan yang ditargetkan secara spesifik kepada pengguna, yang mungkin akan semakin mengganggu pengalaman menonton.
Dengan kata lain, iklan yang muncul akan semakin relevan dengan kebiasaan dan preferensi pengguna, tetapi bagi sebagian orang, ini bisa terasa sebagai “pelanggaran privasi terselubung” yang membuat mereka merasa semakin diawasi oleh algoritma YouTube.
Pendapatan YouTube dari iklan mencetak rekor baru, tetapi di sisi lain, pengguna semakin jenuh dengan model monetisasi yang dianggap agresif. ***