Makna Hari Waisak Dari Lahirnya Buddha hingga Cahaya Kedamaian

MANADO.NEWS – Hari Waisak adalah salah satu perayaan keagamaan paling sakral dan penuh makna bagi umat Buddha di seluruh dunia.
Di balik kemeriahannya, tersimpan nilai-nilai mendalam yang mencerminkan perjalanan spiritual Sang Buddha.
Dari sejarah panjang hingga tradisi yang masih dijaga, Hari Waisak mengajak kita merenungkan makna sejati kehidupan.
Hari Waisak: Puncak Perayaan Sakral Umat Buddha
Hari Waisak memperingati tiga peristiwa agung dalam hidup Siddhartha Gautama—yang dikenal sebagai Sang Buddha. Tiga momen penting tersebut adalah kelahirannya di Taman Lumbini, pencerahannya di Bodh Gaya, serta wafatnya di Kusinara.
Menariknya, ketiganya diyakini terjadi pada hari yang sama: saat bulan purnama di bulan Vesakha (biasanya jatuh antara April hingga Juni dalam kalender Masehi).
Oleh karena itu, Waisak tidak sekadar ulang tahun kelahiran tokoh spiritual, melainkan refleksi menyeluruh atas seluruh perjalanan hidupnya yang penuh kebijaksanaan.
Dari Tradisi Lokal Menuju Panggung Dunia
Waisak pada awalnya hanya dikenal dan dirayakan di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Namun, pentingnya peristiwa ini membuat World Fellowship of Buddhists (WFB) menetapkan Hari Waisak sebagai hari besar internasional pada konferensi tahun 1950 di Sri Lanka.
Lima dekade kemudian, pada tahun 1999, Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi mengakui Waisak sebagai hari besar dunia.
Keputusan ini menjadi tonggak penting yang menjadikan Waisak bukan hanya perayaan agama, tetapi juga simbol universal perdamaian, kasih sayang, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Ritual dan Tradisi yang Sarat Makna
Setiap perayaan Waisak diwarnai oleh serangkaian kegiatan spiritual dan budaya yang penuh makna. Meskipun tradisinya bisa berbeda di tiap negara, inti pesan dan semangatnya tetap sama.
1. Pemberian Dana atau Sedekah kepada Biksu
Umat memberikan makanan, minuman, serta kebutuhan hidup lainnya kepada para biksu sebagai bentuk praktik kemurahan hati. Ini juga memperkuat hubungan antara masyarakat awam dan komunitas monastik.
2. Pelepasan Hewan
Biasanya berupa burung atau ikan, simbol dari pembebasan makhluk hidup dan harapan agar semua makhluk terbebas dari penderitaan.
3. Pemandian Patung Buddha
Air suci dituangkan ke atas patung bayi Buddha sebagai bentuk penyucian batin dan penghormatan terhadap Sang Guru.
4. Persembahan di Vihara
Bunga, dupa, dan lilin diletakkan di altar Buddha. Bunga melambangkan kefanaan, dupa simbol disiplin spiritual, dan lilin melambangkan cahaya kebijaksanaan.
5. Pertunjukan Budaya dan Doa Bersama
Umat berkumpul untuk bermeditasi, membaca sutra, menyanyikan lagu rohani, serta menyaksikan drama atau pagelaran seni yang menceritakan kehidupan Sang Buddha.
Asal-Usul Perayaan Waisak dalam Catatan Sejarah
Walau tidak disebut secara langsung dalam kitab suci Buddhis awal, catatan sejarah menunjukkan bahwa Hari Waisak telah diperingati sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu.
Referensi tertua datang dari Mahavamsa, kronik kuno dari Sri Lanka yang ditulis antara abad ke-5 hingga ke-6. Dalam catatan tersebut, perayaan untuk menghormati Sang Buddha dijelaskan dengan cukup detail.
Selain itu, biksu Tiongkok Faxian yang mengunjungi India pada abad ke-5 juga menuliskan kesaksiannya mengenai perayaan spiritual yang serupa.
Banyak sejarawan meyakini bahwa Waisak mulai dikenal luas ketika Raja Ashoka dari India menyebarkan agama Buddha ke luar wilayah kekuasaannya, termasuk ke Sri Lanka pada abad ke-3 SM.
Kebangkitan Waisak di Tengah Penjajahan
Pada abad ke-19, ketika Sri Lanka berada di bawah penjajahan Inggris, posisi agama Buddha sempat tergeser oleh masuknya misi Kristen.
Hal ini membuat umat Buddha kehilangan ruang untuk merayakan identitas keagamaannya secara bebas.
Namun, situasi ini justru memunculkan gerakan kebangkitan Buddhis yang ingin menghidupkan kembali semangat ajaran Buddha.
Salah satu tokoh penting dalam perjuangan ini adalah Henry Steel Olcott, seorang teosof asal Amerika. Ia berhasil melobi pemerintah kolonial agar mengakui Hari Waisak sebagai hari libur resmi pada tahun 1844.
Setelah larangan arak-arakan pada 1883, masyarakat Buddha semakin gigih mempertahankan tradisi mereka.
Waisak pun berkembang menjadi perayaan besar dengan iring-iringan, dekorasi lampion, pembacaan cerita Buddha, hingga pengiriman kartu ucapan yang menjadi tradisi modern.
Tradisi Waisak di Indonesia: Sorotan Candi Borobudur
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi Buddhis yang cukup besar, merayakan Waisak secara khusus dan meriah.
Pusat perayaan terbesar berada di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang telah menjadi ikon perayaan Waisak dunia.
Prosesi Waisak Borobudur:
Pengambilan Air Suci: Diambil dari Umbul Jumprit, Temanggung, yang dianggap memiliki makna spiritual sebagai sumber kehidupan.
Api Dharma: Diambil dari api abadi di Mrapen, Grobogan, simbol pencerahan dan ajaran yang tak pernah padam.
Prosesi Jalan Kaki: Ribuan umat berjalan kaki dari Candi Mendut ke Borobudur sambil membawa relik, lilin, dan bunga.
Pelepasan Lampion: Ribuan lampion dilepaskan ke langit malam sebagai harapan dan doa untuk kedamaian dunia.
Kegiatan ini tidak hanya diikuti umat Buddha, tetapi juga menarik wisatawan domestik dan internasional karena suasananya yang sakral dan memesona.
Makna Waisak dalam Kehidupan Modern
Di era modern yang penuh tekanan, kompetisi, dan kebisingan informasi, Hari Waisak mengingatkan kita untuk kembali ke nilai-nilai dasar kehidupan.
Ajaran Sang Buddha mengajak manusia untuk melepaskan kemelekatan, mengembangkan welas asih, serta menyadari pentingnya hidup secara sadar dan damai.
Nilai-nilai seperti sila (etika moral), samadhi (konsentrasi batin), dan panna (kebijaksanaan) adalah fondasi untuk menjalani hidup yang selaras—baik dengan diri sendiri maupun dengan lingkungan sekitar.
Cahaya Kebijaksanaan dari Makna Hari Waisak
Waisak bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momen untuk merenungi kehidupan dan menyalakan cahaya kebijaksanaan di dalam diri.
Melalui peringatan ini, kita diajak untuk hidup lebih sadar, penuh kasih, dan damai, baik kepada sesama manusia maupun seluruh makhluk hidup.
Semangat Waisak adalah harapan bagi dunia yang lebih tenang, harmonis, dan bebas dari kebencian. ***