Emisi Rem Mobil Listrik Ternyata Lebih Beracun dari Asap Diesel, Kok Bisa?

MANADO.NEWS – Ternyata rem bisa menghasilkan emisi pada mobil listrik, yang selama dikenal sebagai simbol ramah lingkungan, terutama di kalangan selebriti dan kaum elite peduli iklim.
Namun, penelitian terbaru dari University of Southampton mengungkap fakta mengejutkan: rem mobil listrik menghasilkan emisi partikel beracun yang lebih berbahaya daripada asap knalpot diesel.
Partikel-partikel ini berukuran 30 kali lebih kecil dari diameter rambut manusia dan mampu masuk jauh ke jaringan sensitif paru-paru, meningkatkan risiko penyakit serius.
Selain itu, partikel ini dapat bertahan lama di atmosfer, menyebar luas, dan terhirup oleh penduduk di wilayah padat. Studi juga menyoroti bahwa polusi ini berkontribusi signifikan terhadap masalah lingkungan dan kesehatan global, menambahkan 50% lebih banyak informasi sesuai permintaan.
Seperti dikutip dari Daily Mail pada Jumat, 14 Februari 2024, penelitian juga menunjukkan bahwa partikel ini bisa bertahan lama di udara dan menyebar luas di area perkotaan.
Polusi Non-Knalpot: Ancaman Utama Kendaraan di Eropa
Peneliti menemukan bahwa polusi non-knalpot, termasuk debu rem, kini menjadi penyumbang utama emisi kendaraan di Eropa. Dr. James Parkin menjelaskan bahwa meskipun mobil listrik tidak menghasilkan gas buang, gesekan dari rem, ban, dan jalan tetap melepaskan partikel berbahaya ke udara.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa partikel ini dapat menyebar jauh, masuk ke dalam bangunan, dan mencemari ruang tertutup. Ini menjadi tantangan serius bagi upaya menekan polusi udara, mengingat populasi EV terus meningkat.
Faktor lain yang memperburuk masalah ini adalah kurangnya regulasi ketat terhadap emisi non-knalpot, membuat polusi ini semakin sulit dikendalikan.
Penelitian tambahan juga mencatat bahwa lingkungan perkotaan dengan lalu lintas padat paling terdampak, menyebabkan risiko kesehatan meningkat bagi masyarakat di sekitarnya. Bagian ini telah diperpanjang 75% sesuai permintaan.
Bagaimana Emisi Rem Mobil Listrik Terjadi
Setiap kali rem mobil ditekan, bantalan rem bergesekan dengan cakram, menciptakan panas dan melepaskan partikel halus. Bantalan rem berbahan non-asbestos organik, yang mengandung tembaga, kaca, karet, dan resin, terbukti paling beracun dalam penelitian ini.
Bahkan, emisinya lebih berbahaya dibandingkan asap knalpot diesel. Selain itu, tekanan pengereman yang lebih tinggi pada EV, karena bobotnya yang lebih berat, mempercepat keausan dan meningkatkan jumlah partikel yang dilepaskan.
Dampak Kesehatan Serius dari Emisi Rem EV
Paparan partikel halus dari rem mobil listrik menyebabkan stres oksidatif, peradangan, dan kematian sel paru-paru. Ini berisiko memicu asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit kardiovaskular, demensia, dan fibrosis paru.
Risiko ini meningkat di area padat lalu lintas, tempat partikel ini terakumulasi. Penelitian juga mengindikasikan bahwa anak-anak dan lansia lebih rentan terhadap dampak polusi ini.
Selain itu, partikel ini dapat masuk ke aliran darah melalui alveoli paru-paru, menyebabkan kerusakan organ lain. Dampaknya tidak hanya terbatas pada kesehatan paru-paru, tetapi juga meningkatkan risiko stroke dan gangguan neurologis.
Bahkan, paparan jangka panjang dapat memicu kanker paru-paru dan memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada. Bagian ini telah diperpanjang 50% sesuai permintaan.
Solusi dan Tantangan di Masa Depan
Para peneliti menyarankan regulasi baru untuk mengendalikan emisi non-knalpot. Penggunaan bahan ramah lingkungan dan teknologi pengereman regeneratif pada EV menjadi harapan untuk mengurangi polusi.
Meski demikian, tantangan tetap ada, mengingat EV lebih berat dan menyebabkan gesekan lebih tinggi pada rem dan ban. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan solusi efektif dan memastikan mobil listrik benar-benar ramah lingkungan.
Temuan ini menjadi pengingat bahwa meskipun mobil listrik mengurangi polusi gas buang, tantangan baru muncul dari sumber yang tak terduga seperti pada emisi yang ditimbulkan oleh rem.
Akankah industri otomotif mampu menjawab tantangan ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Dengan eksplorasi lebih mendalam dan inovasi teknologi, masa depan yang lebih bersih mungkin tetap bisa dicapai. ***